Selasa, 01 April 2014

Desa Gentasari, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah
Telpon/Fax: 0282-494400
HP: 0815 4885 3654 dan 0815 4295 8805.

Museum Soesilo Soedarman dapat dicapai melalui jalan darat Route Selatan: Dari Yogyakarta – Kebumen – Gombong –Buntu – Sampang. Dari Kota Sampang, menuju ke Selatan, ke Desa Gentasari. Jarak Sampang – Gentasari: 5 Kilometer.
Bangunan arsitektur Pendopo Jawa Wisma Mbah Ageng ini memperlihatkan ciri khas Pendopo Banyumas yang dibangun tahun 1899. Didalam pendopo dijumpai perabot rumah tangga dan ornamen pusaka-pusaka Keluarga Jawa pada Akhir Abad-19, awal Abad 20.

Dihalaman Museum terpajang Kendaraan Panser Amphibi BRDM Batalyon Kavaleri I TNI-AD “Badak Putih”, buatan Rusia tahun 1958. Mayor Kav.Soesilo Soedarman adalah Komandan Batalyon ini, kurun 1959-1960. Didalam Museum terpajang beragam foto dan peluru kanon tank serta panser Indonesia, seperti tank AMX-13, SCORPION, panser Saladin dan V-150. Soesilo Soedarman juga adalah perintis Korps Kavaleri Indonesia.

Terdapat pula koleksi Patung Badak Cula Satu VISIT INDONESIA YEAR 1991, sebagai lambang Promosi Pariwisata Indonesia. Serta Replika Pesawat Boeing 747-400 Garuda Indonesia VISIT INDONESIA YEAR 1991.

Di Museum ini terdapat koleksi berbagai Foto Peristiwa saat masa kecil Soesilo Soedarman, saat ia mengabdi sebagai Perwira TNI, saat ia menjadi seorang Diplomat, saat ia mengabdi sebagai Anggota Kabinet RI, serta perannya sebagai Tokoh Masyarakat.

Diperagakan pula Pakai Dinas Upacara IV TNI-AD, Pakaian Nasional TELUK BELANGA Duta Besar RI di Amerika Serikat, serta Pakaian-Pakaian Soesilo Soedarman pada Acara-Acara Khusus.

Pataka Kowilhan-I SYUHBRASTA SAPARANG MUKA disimpan di Museum ini. Letjen TNI Soesilo Soedarman adalah Panglima Kowilhan-I yang terakhir (1980-1985), dengan wilayah tanggung jawab seluruh Pulau Sumatera dan Kalimantan Barat.

Dipajang pula Meriam Howitzer 122 MM dan Mortir Berat 120 MM Korps Marinir TNI-AL. Soesilo Soedarman pernah menjabat Komandan Jenderal AKABRI (1978-1980) dan Ketua Dewan Kelautan Nasional (1996-1997).

Koleksi Bintang Kehormatan dan Penghargaan dari berbagai negara milik Soesilo Soedarman, juga disimpan di Museum ini.

Pesawat Patroli Maritim NOMAD N-22 TNI-AL dengan nomor P-806, yang merupakan Pesawat Panglima Kowilhan-I, selaku Panglima Komando Operasi Keamanan Laut Wilayah-I, 1980-1985, juga diperagakan di halaman Museum.

Koleksi pistol dan senapan militer, a.l.: Pistol FN-45, Pistol P-1, Pistol TT, Senapan M-1, SP-1, Senapan Serbu M-16 A-1, SS-1 V-1, HK-33, AK-47, AK-56, Senapan Mesin RPD, Pelontar Granat , Pistol Mitraliur, Peluncur Granat Roket RPG-7 dan Shot Gun tersimpan di Museum ini.

Gamelan Keluarga Kyai Manis, dan seperangkat wayang kulit, dibuat sekitar Abad-18, menghiasi Paviliun Timur, berikut foto-foto kegiatan Soesilo Soedarman mengembangkan budaya Jawa bersama Keluarga Kraton Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta dan Kerajaan Mangkunegaran.

Sebuah Warung Telekomunikasi dibangun disamping Museum guna mengenang peran Soesilo Soedarman dalam penggalakan Program Telekomunikasi Indonesia. Koleksi foto-foto kegiatan pembangunan telekomunikasi, serta plakat-plakat kenangan terdapat di dalam Wartel ini.

Di halaman Museum terdapat pula sistem listrik energi surya, telpon satelit, koleksi tanaman tropis, taman hortikultura Indonesia, kolam memancing, serta areal bermain anak anak.

Museum ini juga dilengkapi dengan Mushhola dan Perpustakaan.
Museum Soesilo Soedarman didirikan di Desa Gentasari, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah. Museum ini menempati Pendopo Wisma Mbah Ageng, dibangun pada tahun 1899 oleh Eyang Dipakarsa, Penatus Pertama Desa Gentasari, yang dikenal pula sebagai Eyang Mendali, dan merupakan Eyang Buyut dari Soesilo Soedarman.

Soesilo Soedarman lahir di Desa Nusajati, Maos, Cilacap, pada 10 Nopember 1928, sebagai anak keempat dari 12 bersaudara, putra dari Bapak Soedarman Wiryosoedarmo dan Ibu Soembijah. Masa kecil Soesilo Soedarman dilewatkan di Pendopo Wisma Mbah Ageng ini. Ia tinggal bersama kakeknya, Eyang Bona Wangsawiredja, yang juga menjabat sebagai Penatus Desa Gentasari ini. Sedang sang ayah, Soedarman Wiryosoedarmo, adalah Sekretaris (Carik) Desa Gentasari.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di Maos-Cilacap, Soesilo Soedarman melanjutkan pendidikan Taman Siswa di Yogyakarta, dan menjadi salah satu murid Ki Hadjar Dewantara. Usai menamatkan pendidikan Sekolah Menengah, dan sesuai panggilan jamannya untuk berjuang mempertahankan Negara Republik Indonesia yang baru merdeka, Soesilo Soedarman masuk pendidikan Akademi Militer Yogyakarta Angkatan I (1945-1948) dan dilantik sebagai Perwira berpangkat Letnan Dua, oleh Presiden RI, Ir.Soekarno, pada 28 Nopember 1948 di Gedung Agung, Yogyakarta, termasuk salah satu Lulusan Terbaik MA-Yogya.

Ia ikut diberbagai operasi militer dan operasi gerilya, baik semasa Taruna MA-Yogya maupun saat menjadi Perwira Remaja, sampai pada Penyerahan Kedaulatan RI, Tahun 1949. Medan Palagan yang diikutinya, termasuk di wilayah Priangan Utara, Operasi Penumpasan Pemberontakan PKI-Madiun 1948, serta Operasi Perang Kemerdekaan II di wilayah sekitar Yogyakarta, bergabung dalam kesatuan Sub-Werkhreise 104, Werkhreise III.

Soesilo Soedarman menikah dengan Widaningsri, putri Bapak H.Mohamad Mangundiprodjo dan Ibu Kamariatun, pada 15 April 1951 di Pendopo Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Sang Mertua, kala itu, menjabat Bupati Ponorogo. Dari hasil perkawinan ini, Soesilo Soedarman dikaruniai lima anak, terdiri 1 puteri dan 4 putera.

Perjalanan karir militer Soesilo Soedarman amatlah panjang dan beragam, mencakup penugasan di Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Padalarang, Padang, Makassar, Magelang, Medan, Amerika Serikat, Negeri Belanda dan Rusia. Ragam penugasannya amat banyak, dari seorang Perwira Operasi, Komandan Pasukan, Pendidik, Atase Pertahanan, Staff Umum, sampai menjadi seorang Panglima Komando Wilayah Pertahanan, dengan pangkat Letnan Jenderal TNI.

Ia meraih pangkat Jenderal TNI, Bintang Empat, pada tahun 1993, saat mejabat sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menko Polkam), Kabinet Pembangunan VI.

Selain sebagai seorang tokoh militer Indonesia yang turut memodernisasi organisasi, sumberdaya manusia dan alat-peralatan TNI, Soesilo Soedarman juga adalah seorang diplomat, seorang negarawan dan seorang tokoh masyarakat. Ia memangku jabatan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia di negara Amerika Serikat (1985 – 1988).

Jabatan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Kabinet Pembangunan V dipangku pada kurun 1988-1993. Sedang jabatan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Kabinet Pembangunan VI, merangkap Ketua Harian Dewan Kelautan Nasional, dipangku pada kurun 1993 sampai akhir hayatnya, pada 18 Desember 1997. Sebagai tokoh masyarakat, ia adalah juga Anggota Kehormatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat, Pengurus Olah Raga Menembak PERBAKIN, Ketua Umum Olah Raga Angkat Besi dan Binaraga PABBSI, serta Anggota Dewan Penyantun Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Universitas Negeri 11 Maret, Surakarta dan Universitas Lampung. Ia juga memimpin berbagai organisasi kemasyarakatan, seperti: Yayasan Ginjal Indonesia (YAGINA), Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENAWANGI), Yayasan Ki Hadjar Dewantara, Paguyuban Werkhreise-III, Ketua Umum Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri ABRI (PEPABRI) dan Ketua Yayasan Seruan Eling Banyumas (Seruling Mas).

Jenderal TNI (Purn) H.Soesilo Soedarman wafat pada 18 Desember 1997 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata Jakarta dengan Upacara Kebesaran Militer. Bendera Setengah Tiang dikibarkan di seluruh Indonesia, selama 3 hari. Ia menyandang 25 Bintang Kehormatan, Satya Lencana dan penghargaan dari negara negara: Indonesia, Amerika Serikat, Negeri Belanda dan Kerajaan Austria. Sebagai manusia Indonesia yang dilahirkan dan dibesarkan di desa kecil ini, Desa Nusajati – Gentasari, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, perjalanan hidup Soesilo Soedarman tentunya merupakan suatu prestasi yang luar biasa, dan dapat dijadikan teladan bagi generasi penerus bangsa dimasa mendatang.